12 Jun 2013

Emang enak kalo banyak?


Kuliner merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia. Berbagai bentuk dan rasa tersebar dari Sabang sampai Papua. Berbicara kuliner, tentu yang menjadi salah satu fokus perbincangan adalah soal rasa; manis, asam atau asin. Baru-lah muncul kesimpulan; enak, kurang enak atau tidak enak. 
 
Makyoss” begitu kesimpulan salah satu program acara TV ketika sang presenter habis mencicipi makanannya. Konon katanya kata itu keluar kalo yang dia cicipi benar-benar enaknya luar biasa. 
 
gambar diambil dari ceritamakan.wordpress.com
Tapi, itu tidak berlaku buat teman saya, bukan presenter. Dia hanya aktifis mahasiswa yang saya tidak akan menyebutkan namanya disini. Kenapa? Itu karena saya takut, takut membocorkan “aib-nya”. Buat dia, enak, maknyos, top markotop, lezat atau apalah namanya bukan soal rasa, tapi lebih pada persoalan PORSI. Ya, soal ukuran; banyak atau sedikit, ngambil nasi-nya atau lauknya sendiri atau diambilin sama yang punya warung. Kesimpulannya enak atau maknyos adalah banyak dan ambil nasi sendiri. Mungkin karena itu pula bobot badannya mencapai 80 kg-an.

28 Mei 2013

Nyolong di “Angkringan Mesum”

Kampung di dekat balai kota itu unik. Saya mengetahuinya setelah bekerja di salah satu rumah yang dijadikan kantor LSM yang berlokasi disana. Dulu, daerah ini bekas terminal utama Jogja. Makanya orang-orang sering bilang bahwa itu adalah terminal lama. Sekarang yang baru ada di Giwangan. Kira-kira 2004/2005-an mulai berpindah. Dan yang lama berubah nama, berubah fungsi; XT Squere berfungsi sebagai tempat perbelanjaan yang katanya buat barang-barang kerajinan tangan (katanya ini berdasarkan hasil rapat bulanan yang saya ikuti dengan warga sekitar). 
 
saya tempel ini gambar dari google
Di sana banyak hotel. Banyak losmen. Itu ada koordinator perkumpulannya, namanya pak Muji. Dia baik dan suka maen kartu gapleh sama saya. Ada kantor polisi juga disana. Tapi nggak ada yang kenal saya. Saya juga begitu sama mereka. Hanya katanya mereka kadang dapat jatah dari hotel atau losmen. Makanya jarang ada razia. Ada banyak macam kuliner juga. Ada nasi padang, ada daging kuda, ada jejamuan, ada yang jual minuman keras, tapi bentuknya bukan kios apalagi warung makan. Itu rumah biasa. ada soto (bukan Lamongan aja lho ada yang Surabaya juga). Soto-nya rame terus dari pagi sampe jam 7 malam-an. Parkirnya-pun ada 2 shift. Pak Bejo salah satu jurunya. Sosok kakek yang trauma dengan rezim orde baru, apalagi pasca tragedi ‘65. Dia bilang sering berpapasan sama Pramudiya A. Toer waktu di Nusakambangan.

Angkringan ada nggak? Ooh itu sudah pasti ada. Ini kan saya cerita di Jogja. Angkringan adalah salah satu khas-nya. Dan dari lampu merah barat ke timur di jalan depan XT Square itu ada sekitar 5 angkringan yang beroperasi. Salah satunya dekat soto yang ada pak Bejo nya.

Angkringan itu disebut oleh sebagian warga dengan sebutan “Angkringan Hollywood” ada juga yang menyebut “Angkringan Mesum”. Ntah bagaimana asal-usul sebutan itu muncul. Padahal itu bukan bukit yang ada tulisan “Hollywood”. Mesum? Itu mungkin karena dibelakang angkringan itu ada lorong masuk ukuran satu pintu yang di dalamnya terdapat 20 kamar kos. Penghuni kos-nya ada yang berprofesi sebagai pedagang kecil-kecilan, tukang rongsokan sampai bebrapa ada yang orang sebut sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Sehingga, kalau menjelang tengah malam ada 3-4 wanita yang yang berdandan semok dan menawarkan diri.

Si empunya angkringan adalah wanita (di dialog nanti saya kasih nama mba angkringan aja), tapi tampilannya kaya pria. Waria-kah? (Wanita pria) Oh bukan, dia betul memang wanita. Lupa lagi saya namanya, yang jelas saya panggil dia “mba”. Rambutnya pendek satu sisir, bukit kembar didadanya tidak terlihat menonjol, pakaiannya sering lebih yang bersifat pria, perokok berat dan suaranya juga seperti suara pria. Riawa-kah? (Pria wanita) oh itu juga saya nggak tau. Yang jelas dia tomboy. Bagi yang belum tau kalo dia itu wanita, sering kali saya dengar ada pembeli yang manggil dia; “mas” atau “pak”. Pernah 3 kali denger rumor dari warga dia lesbi. Tapi, itu sekali lagi rumor dan gossip. Kadang kalo dia ada halangan, angkringannya ditunggu oleh wanita tua sekitar 40-50 tahunan (di dialog nanti saya kasih nama ibu asissten  aja).

Jam 10 malam saya lapar. Itu setelah selesai rapat. Yang rapat mereka pegiat yang “melegalkan” daleman komputer di seluruh Puskesmas wilayah kota Yogyakarta. Ada sekitar 20 orang waktu itu. Tapi saya hanya yang menyampaikan minuman, cemilan, LCD, kertas polio dengan bolpoinnya dalam rapat itu. Beres rapat, saya yang membersihakan bekasnya. Itulah tugas OB.

Angkringan mesum” itu 50 meter-an dari tempat kerja saya. Maka ketika sampai disana, jam masih tetap jam 10, cuma lebih sedikit. Jalanan sudah mulai sepi. Toko-toko, kios-kios atau warung dipinggir jalan sudah banyak yang tutup. Angkringan itu juga masih sepi. Hanya ada si “mba-nya” juga si ibu-ibu yang sering menggantikan dia (ibu asissten). Jadi bertiga saja sama saya.

Minumnya jahe ya mba !!” itu setelah saya mengambil nasi kucing. Nasi yang dibungkus pake Koran yang isinya hanya sekepal tangan. Sudah sama lauknya. Biasanya hanya ikan teri seukuran sendok makan atau sambal atau tempe oseng. Jahe-nya juga khas, bukan jahe sashetan. Biasanya jahe ditumbuk disana plus dengan daun sirih. “makyos” untuk menghangatkan malam waktu itu.

Tak banyak ngobrol saya sama si mba angkringan atau ibu penggantinya. Mereka saja berdua yang pada ngobrol. Saya hanya makan. Saya hanya mendengarkan. Dan ditengah obrolannya, dating sms ke si ibu asissten.

Ibu asissten: “eh… iki sing lanang wingi takon: ono meneh ra, jare?” (eh ini yang laki kemarin nanya: ada lagi nggak katanya?)

Mba angkringan: “sing ndi toh?” (yang mana toh?)

Ibu asissten: “sing wingki kae lho!! Sing polisi nggo ninja…” (yang kemarin itu lho !! yang polisi pake motor ninja)

Mba angkringan: “ooh sing kae… lha mang wingi karo sopo?” (ooh yang itu… lha emang kemarin sama siapa?)

Ibu asissten: “ya wingi karo Ria, jare apik uwonge rodo royal” (ya kemarin sam Ria, katanya orangnya baik, sedikit royal)

Mba angkringan: ”lha ko ora hubungi Ria meneh nde e? moso ndee ora nduwe nomere Ria?” (lha ko nggak hubungi Ria lagi? Masa dia nggak punya nomernya Ria?)

Ibu asissten: “ngomonge Ria agi ra iso. Makane nde e iki takon: liane ono ora? Ngono.” (ngomongnya Ria lagi nggak bisa. Makanya dia ini Tanya; lainnya ada nggak? Gitu.)

Mba angkringan: “yo wis, omongke wae iki ono Sri karo Laras ngono!!” (ya udah, bilang aja ini ada Sri sama Laras gitu!!)

Ibu asissten: “yo aku jaluk nomere!” (ya aku minta nomernya)

Mba angkringan: “iki nomere Sri” (ini nomernya Sri)

Dia ambil Hp yang ditaruh di grobak angkringannya. Saya yang ada didepannya dan terhalang oleh grobak angkringan dengan si mba-nya buru-buru ambil HP dari saku celana kanan. Siap-siap saya menuliskan nomer HP yang disebutkan dia.

Ibu asissten: “yo se…se.. piro?” (ya bentar…bentar.. berapa?)

Mba angkringan: “0..8...2…3…2…6…9…3…2…x…x…x. ne nomere Laras ono neng HP sing siji meneh, neng kamar. Ntek blas batrene” (082326932xxx kalo nomernya laras ada di HP satunya lagi, dikamar. Habis banget batrenya)

Si ibu asissten menuliskan digit per digit nomer yang disebutkan si mba angkringan. Saya juga begitu. Saya yakin mereka tidak menyangka saya save nomer yang disebutkan. Mereka pasti nyangkanya saya lagi sms-an.

Saya habiskan 2 nasi kucing. Satu gelas jahe. 2 tusuk usus. Satu sate kerang dan 3 gorengan. Kenyang. Dapat nomer HP lagi. Saya bayar. Lalu pergi setelah mengucapkan terimakasih.

Keesokan harinya saya cek nomer hasil colongan di angkringan semalam. Saya miscall 2 kali dan ternyata nyambung hehe… lalu saya sms. Dia berbales sms saya juga. Nelepon juga.

Setelah beberapa kami berkomunikasi, dia ngakunya bisnis keris. Tapi dia tidak memungkiri kalo dia banyak kenal dengan beberapa PSK. Saya penasaran betulkah begitu? Suatu saat nanti saya pengen ketemu. Hanya untuk klarifikasi dan siapa tau ada peluang bisnis disini.

Lalu bagaimanakah pertemuan saya dengan dia? Saya ceritakan di judul tersendiri……(BERSAMBUNG)

Ehhhh….bentar! Sebelum saya tutup ini cerita ada NB (Numpang Bacot): angkringan itu sudah pindah sekarang. Jadi kalian yang mau nyari jangan ke Umbulharjo. Kos-kosan di belakangnya juga udah pindah beserta para penghuninya yang ada PSK-nya. Pindah kemana? Yang mau tau silahkan mention ato DM saya ( @arismaunk )...

20 Mei 2013

PSK Setengah Porsi

Pagi itu, tiba-tiba kedua teman saya datang. Masih sangat pagi, jam 03:00 WIB. Sudah 1 mingguan kedua teman ini nggak maen ke kontrakan. Kedatangannya saya tanggapi dengan kesan negatif; “mereka lagi mabuk nih kayanya”.

Ya,mereka saling mengejek, menghardik tapi ketawa-ketiwi renyah dan tanpa beban.
Terus kenapa mereka ini? Tidak tercium bau al-kohol, jalannya tidak sempoyongan, matanya juga tidak terlihat merah?

Begini ya saya alurkan…

foto diambail dari http://www.dwiasmara.com
Kedua teman saya yang dating ini adalah si X dan si Y (ini inisial yang diambil dari akhir nama kedua teman tersebut). Malam itu, mereka mengaku sange banget. Maka, menurut mereka kondisi ini tidak boleh dibiarkan, tapi harus segera dilampiaskan. Beda kalo sange aja, mungkin cukup ke toilet untuk melampiaskannya. Saya nggak tau pasti kenapa mereka merasa sange banget. Padahal, menurut pengakuannya, mereka udah 1 minggu ini belum nokep (nonton bokep) lagi. Cuma, si X abis ngeliatin belahan bokong cewek teman sekampusnya dengan celana dalam merah yang bertali diatas ujung belahannya. Belahan bokong it uterus mempertajam penglihatannya selama 3 SKS atau 2 jam lebih. Sedangkan si Y mengaku malam sebelumnya abis ngeliat 14 video dangdut koplo yang baru di downloadnya dari Youtube.

Mereka senasib dan sepenanggungan, satu visi kemudian mengkonsep dan melakukan aksi. Layaknya serangan fajar di zaman Soekarno, mereka bergerak tengah malam, kira-kira jam 01:00 WIB. Butuh waktu sekitar 15 menit menuju target operasi yang berupa gang dan orang-orang mengenalnya dengan sebutan Sarkem (Pasar Kembang). Sebuah lokalisasi yang berada di belakang Malioboro.

Sesampainya dilokasi, puluhan PSK sudah nampak mejeng dari gerbang masuk gang 1. Si X dan si Y berjalan perlahan-lahan untuk masuk sambil melihat-lihat barangkali ada yang cocok. Seperti kaum marketing atau sales yang sudah lihai memasarkan produk, mereka menawarkan diri dengan berbagai cara; ada yang Cuma ngajak biasa, ada yang sambil mengepulkan asap rokok, ada yang sambil colek-colek teman saya bahkan sambil menggoyangkan tubuhnya pelan-pelan.

Tapi dari beberapa tawaran itu, belum ada yang memikat si X dan si Y. Apalagi, ketika si Y menemukan sesosok PSK yang duduk manis dengan kaos merah dan jeans yang serba ketat. Tubuhnya ramping, kontras dengan buah dadanya yang cukup gede. Rambut sebahunya tersimpai pelan dari 30 meteran pandangan si Y. usia-nya di prediksi sekitar 25 tahunan. Si Y langsung terpikat dan hendak tancap gas.

gw pilih yang itu” si Y memegang bahu si X yang sedang terlihat ngobrol dengan PSK di arah kanan gang, kemudian menunjukannya ke arah si wanita berbaju merah. Si X mengalihkan pandangannya ke arah cewek yang di taksir si Y. disini terjadi perdebatan antar teman yang sama-sama seleranya.

X: “bentar… bentar bos! Boleh juga tuh cewek, gw aja yah yang itu?”
Y: “wah enak aja lu !!! yang nggak bisa gitu dong!!! Kan gw yang pertama kali nemuin?”
X: “mang ini barang temuan? Haha ya nggaklah, ini tergantung transaksi plus mau apa nggak si ceweknya ma kita gitu bos…”
Y: “ya, tapi kan gw yang pertama kali liat tuh cewek dan gw langsung ok ma dia”
X: “OK di lu, belum tentu di dia”
Y: “gini aja, gw maen duluan ama dia abis itu baru lu, gimana?”
X: “anjrit… najis deh kalo bekas lu”
Y: “haha… emang disini ori semua giu?”
X: “haha… ya udah gini aja, kita datengin dulu aja dia, kita pastikan dia pilih siapa, kalo gitu gimana?”
Y: “OK, deal gw”

Mereka berjalan mendekati si cewek berbaju merah untuk menentukan siapa yang dia pilih; si X atau si Y.

Y: “hey mba manis….! Belum ada yang boking kah? Ko sendirian aja?”
PSK berbaju merah: “hey juga manis…belum nih, mau dong di bokingin ma kamu!!!”
Y: “wah aku juga mau banget donggg… harus ngasih tariff berapa nih?”
PSK berbaju merah: “200 ribu aja kalo buat kamu manis hehe…”

Sejenak mereka terdiam. Si Y Cuma punya budget 130, sedang si X Cuma 80 ribu.

Y: “100 ribu aja gimana mba seksi?”
PSK berbaju merah: “aduh… belum bisa dong mas. Kalo beneran mau 150 deh…”
Si Y sepertinya menyerah, budgetnya belum cukup. Ia memandang si X sambil bisik-bisik.
Y: “gimana tuh? Lu mau? Gw yakin budget lu nggak muat”
X: “oh oh siapa bilang? Hehe gw ambil ini cewek kata gw juga. Dah lu sana cari yang lain, tuh tadi di kanan gang ada yg lumayan bohay body-nya, lumayan, kayanya budget lu cukup kalo ma dia”

Si X menunjuk ke arah PSK dimana tadi ia sempat ngobrol-ngobrol sebentar. Body bagus dan harga hanya 100 ribu. Cuma, ketika si Y menunjukkan PSK berbaju merah dia langsung tertarik.
Si Y akhirnya memisahkan diri dengan si X serta PSK berbaju merah dan menghampiri PSK yang di rekomendasikan si X.

Si X masih keukeuh dengan PSK berbaju merah. Meski dia tau budget di sakunya nggak cukup sama tariff yang ditawarkan. Tapi dia yakin, keinginan yang kuat harus di lalui dengan proses yang kuat. Apalagi si X memang lumayan ganteng-lah di banding si Y.

Obrolan dengan si PSK berbaju merah sekarang jatuh ke mulut si X. dia mulai berproses. Tawaran beserta rayuan maut mulai di gencarkan. Sebagai mahasiswa ekonomi manajemen, dia pergunakan teori lobbying untuk mendapatkan sebuah transaksi. Soal tariff juga bukan masalah, ia tau konsep dasar ekonomi; modal sekecil-kecilnya, pendapatan sebesar-besarnya.

X: “wah benar-benar manis nih mbanya he… tapi saying yah belum ada yang boking. Atau jangan-jangan sudah ada janji sama klien gitu mba”
PSK berbaju merah: “ahh,…mas bisa aja deh he… mas-nya juga manis kalo dah ngomong, tadi kan diem aja kalah sama temannya he.. belum ada yang boking janji juga nggak ada, kan udah ada mas-nya he…”
X: “mang beneran nih mau?”
PSK berbaju merah: “iya ayo…ya mau dong mas asal sesuai tariff tadi” 
 
X: “gini mba, aku Cuma bawa uang 80 ribu, ya maklum tanggal tua masih mahasiswa lagi” si X sambil membukakan semua isi dompetnya.
PSK berbaju merah: “ehh… ya nggak bisa dong, kan tadi udah aku sebutkan tarifku”
X: “iya mba aku tau, tapi kan aku baru tau mba sekarang ini. Gini aja, kalo sekarang mba menerima aku dengan uang yang ada, aku janji deh akan jadi pelanggan mba dan pastinya kedepannya akan sesuai tariff, kalo bisa malah ta lebihin deh. Gimana mba?”
PSK berbaju merah: “beneran ya?”
X: “iya mba, serius. Aku minta nomer HP mba, biar gampang kalo saya mau ketemu”
PSK berbaju merah: “08xxxxxxxx ya udah ayo…!
Si X ditarik ke kamar. Sesampainya di kamar, PSK berbaju merah itu langsung ngajak buru-buru dengan wajah yang kurang memanjakan si X sebagai klien.
PSK berbaju merah: “ayo buka celana kamu !!!”
X: “bentar dong cantik, masa nggak pemanasan dulu !!”
PSK berbaju merah: “udah nggak usah, kamu aja bayarnya nggak sesuai tariff. Aku juga nggak akan buka baju, Cuma celananya aja yang aku buka”
X: “wah nggak bisa gitu dong !! ini kan nggak ada dalam perjanjian sebelumnya”
PSK berbaju merah: “ya udah kalo kamu nggak mau, aku balik mejeng diluar lagi”
X: “iya iya deh…”

15 menit kemudian si X keluar. Si Y ternyata sudah Nampak yang tadi nawar PSK berbaju merah. Ia menghampiri si Y sambil berkata-kata kesal:

X: “anjing….anjing nyesel deh..”
Y: “oh..oh…oh… kenapa mas bos? Ada masalahkan dengan si merah? Haha”
X: “ya muka ama body sih ok. Tapi lu bayangin gw di suruh buru-buru gitu. Nggak ada pemanasannya. Bentak-bentak. Dan yang paling gw nggak suka dia Cuma mau melepas celananya doang, ngapain coba? Anjing…anjing…”
Y: “hahahaha….ko bisa gitu bos? Gw sih curiga lu nggak bayar?”
X: “ya bayar-lah dodol, tapi gw Cuma bayar 75 ribu. Ya gimana lagi gw bawanya segitu, itu juga yang 5 ribu gw sisain buat bensin”
Y: “uuuu…sama aja dong haha… ya udah semua kan harus sesuai tariff. Kalo lu bayarnya setengah, ya di kasihnya juga Cuma setengah lah haha…”
X: “kalo cewek yang sama lu gimana?”
Y: “kalo yang sama gw yang jelas nggak kaya lu, ya meski nggak secakep si merah tadi. Full bos… nggak setengah-setengah, tapi yang tetep ada kekurangannya juga lah, namanya juga manusia”
X: “apa tuh bos kurangnya?”
Y: “pas gw liat dia buka baju, kan kelihatan tuh punggungnya? Eh belang bos tuh cewek, bekas kerokan. Kan pikiran gw jadi inget sama supir truk kalo udah masuk angin. Akhirnya sedikit mengendorkan nafsu gw deh ha…”
X: “haha….”

10 Mei 2013

Mencaci Guru (HP 2)

Kecanggihan teknologi informasi (IT) memberikan dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan peradaban manusia, termasuk keberlangsungan tidurnya.”
(Aris Risnandar)

Dalam sebuah malam waktu-waktu itu, bahkan di bulan-bulan itu, saya jarang tidur di waktu malam. Paling-paling, saya tidur di jam 2 pagi dan harus bangun di jam 5 yang juga masih pagi. Bahkan tidak sama sekali. Jika mengingat artikel dalam sebuah Koran tentang tips dan trik awet muda, maka durasi tidur saya itu masih kurang 4-5 jam lagi. Kalo begitu, mungkinkah saya akan 4-5 tahun lebih tua dari umur saya yang tertanggal di KTP? Oh…semoga sebaliknya.

Itu bukan tanpa alasan, tapi soal kewajiban (sombong…haha). Sebagai penjaga rumah yang dijadikan kantor LSM, sebagai Office Boy (OB) dan sebagai cleaning servis-nya. Semua jabatan itu dilaksanakan disana, di rumah yang di sulap jadi kantor LSM yang depannya ada kolam yang berisi ikan Koi.

Dan hari itu, sebagai pemangku jabatan tadi, saya harus bergerak cepat, teliti, telaten tak lupa senyuman yang sudah manis meski tanpa tidur. Kenapa begitu? Ya karena pada waktu itu puluhan tamu yang punya relasi dengan LSM tempat saya bekerja akan nginep. Ada kepala desa, aktifis media, aktifis lingkungan, aktifis buruh migrant juga mahasiswa pegiat IT. Tidak hanya nginep, mereka rapat, mereka berkoordinasi mereka berkonsep untuk acara siang harinya selama 3 hari dalam rangka “Jagongan Media Rakyat”.

Menyediakan kasur, karpet dan tikar untuk tidurnya, menyediakan minuman dan makanan ringan atau berat untuk konsumsinya; itu sebagai OB. Membersihkan buat tidurnya, membersihkan bekas minum dan makannya, putung rokok dan sampah lainnya; itu sebagai cleaning servis. Menjaga barang-barangnya, sandal sampai kendaraannya; itu sebagai penjaga. Mata yang 2, tangan yang 2, kaki yang 2, pikiran dalam satu kepala harus focus kepadanya.

Dan akhirnya di jam 10 siang saya baru tertidur. Hooaam…..
Kring…..kring…. 5x… HP jadul disamping saya berbunyi.
Malas-malas saya liat. Tanpa nama. Itu artinya nomer baru. Jam di HP tertulis 11:24. Itu artinya saya baru tidur 1 jam lebih. Oh…

Saya bersuara: “hallo…”
HP bersuara: “waalaikumsalam… aduh kamana wae yeuh?” (itu bahasa sunda, artinya; aduh kemana aja nih?)

Mengingat lafal salamnya, tebakan saya langsung menyatakan bahwa itu si Rey. Rey teman saya yang sedikit susah diatur dan satu sekolah waktu di SMAN juga di kampus. Dia memang sering gonta-ganti nomer. Nggak apa-apa-lah ganggu tidur juga, siapa tau bisa pinjam duit sama dia, pikir saya dalam hati.
Agar dialognya lebih fokus, saya langsungkan aja ke bahasa Indonesia ya?...

Saya bersuara: “ada apa Rey?”
HP bersuara: “wah…wah… kemana aja nih mahasiswa abadi? Haha…” (sebagai pemberitahuan aja nih, waktu percakapan ini berlangsung, saya sudah di semester 14 dan dalam bayang-bayang DO)
Saya bersuara: “apa goblok? emang kamu udah lulus gitu? Judul skripsi aja belum di ACC haha…”
HP bersuara: “haha… ehh kamu dimana sekarang?”
Saya bersuara: “di Umbulharjo, ada apa sih?”
HP bersuara: “ya pengen tau aja kabar mahasiswa abadi… haha….”
Saya bersuara: “anjing… eh serius nih, ada apa Rey? Aku masih ngantuk. Apa kamu mau ngasih tambahan penghasilan? Atau pinjeman duit gitu? Haha…”
HP bersuara: “haha… kirain mahasiswa abadi itu nggak butuh duit”
Saya bersuara: “ah goblok kamu haha,… serius Rey?”
HP bersuara: “ngasih kerja dimana? Orang saya di Tasik haha…”
Saya bersuara: “maksudnya kamu lagi di Tasik gitu?”
HP bersuara: “iya mang dari waktu kamu sekolah disini, saya di Tasik ko”

Saya terdiam sejenak. Si Rey kan kuliah di Jogja? tapi ini bilang dari dulu di Tasik? Ini sebenarnya siapa sih? Sambil masih pegang HP, saya bergerak ambil air kran di samping kamar dan mengusapkannya ke muka.

HP bersuara: “hallo…hallo…”
Saya bersuara: “iya..iya… eia ini siapa sih?”
HP bersuara: “siapa hayo?haha…”

Terdiam lagi. Mengingat kembali suaranya. Plash back… wah rasa-rasanya saya ingat suara ini. Ini seperti guru saya yang ngajar Sejarah Islam waktu di SMAN. Adi Yoso Nuha kah? Guru saya asal NTT yang sudah fasih berbahasa sunda itu? Konfirmasi.

Saya bersuara: “ini kang Adi Yoso?”
HP bersuara: “haha… syukurlah kalo masih ingat haha…”
#$%*&@$#*


8 Mei 2013

Naksir Istri Guru (HP 1)

Akhir-akhir itu, saya baru nyadar ternyata si Dewi Sofiah itu merupakan sosok wanita cantik. Ya, si Dewi yang ketika saya kelas 3 SMAN (Sekolah Madrasah Aliyah Negeri) dia kelas 3 SMP. Saya sering melihatnya, berpapasan dengannya tapi tidak sampai memeluknya. Saya tau dia, karena dia cantik meski sedikit lugu, body-nya yang sedikit bongsor untuk ukuran SMP, kulitnya yang lumayan putih sehingga dia akan memerah tidak hanya karena malu tapi karena kepanasan juga. Dia juga tau saya, karena saya terkenal dan suka mentas theater-theater-an didkit-dikit. Itu semua karena tempat kita satu komplek.

Kesadaran saya akan kecantikan si Dewi cukup dibilang telat. Saya sudah di semester 3 sedangkan si Dewi sudah duduk di kelas 2 SMAN. Tapi, sebagaimana pepatah bertuah; “tidak ada kata terlambat”, itu. Apalagi untukmu Dewi !!! tak peduli saya harus masuk katagori LDR (itu kalau saya benar-benar jadian, meski nyatanya sampe sekarang nggak), yang penting hati kita menyatu. Tak peduli lewat HP, yang penting kita saling bertukar teks sms atau telepon. 
 
Oleh karena itu, mulailah saya bergerilnya. Mencari tau keberadaanmu, mencari tau juga nomer HP-mu.
Tidak butuh waktu yang begitu lama. Keberadaannya sudah bisa dilacak. Nomernya sudah diketemukan. Itu semua di dapat dari si Imam Safey, teman saya yang berdomisili di dekat sekolahan si Dewi. Saya segera save nomer yang di sms-kan olehnya. “sang Dewi” begitu saya simpan di kontak HP.

Jangan lama-lama juga saya untuk menyapa si Dewi. Saya harus segera mengirimkan sms kepadanya. Dan malam itu saya kira waktu yang tepat untuk menyapamu sekitar jam 08:00-an.

HP saya: “Ass. Ma Dewi Sofiahkah? Pa kbar Dewi? Sekolah dmn skrg?
HP Sang Dewi: “Wss. Baik. Maaf siapa ya?
HP Saya: oia mf gk kenalan dl he. Ni Aris, Aris Macan yg dl skolah di SMAN itu. Masih ingat kan? He
HP Sang Dewi: “ooo.. iya inget hehe”
HP saya: “Aplgi q he.. ingatanq bgtu kuat kpdmu. Menggelora dlm pkiran, menyambar dlm hati. Tak pduli dgn panasnya Jogja, aq ttp mrindukan dinginnya Tasik. Aq tau kau tdk akan pduli dgn puluhan rayuan cinta monyet anak SMA, krn kau lbih mrindukan cinta dewasa. Krna aq tau kaulah sang Dewi”

Setelah sms itu, HP saya tidak bunyi lagi. Tidak ada tanda-tanda balesan dari si Dewi. Saya mulai gelisah; “salahkah aku mengirimkan kata-kata itu sehingga dia tak mau menjawabnya? Atau mungkinkah dia tidak paham dengan kata-kataku yang sedikit puitis?” 
 
Benar-benar saya gundah gulana. Sudah 40 menitan dia belum membalas. Kenapa? Apakah ada yang salah? Ataukah dia tidak paham dengan kata-kata puitis?

Dari pada saya diselimuti rasa galau, lebih baik saya pastikan apakah dia marah dengan kata-kata saya, nggak menerima atau malah nggak ngerti karena sedikit puitis. Ya, saya harus klarifikasi. Saya harus sms dia lagi.

HP saya: “ sudah tidurkah Dewi? Atau kurang berkenan dgn sms-nya? –maaf-

Setelah 15 menit terkirim, balesan tetap tidak dating juga. 20 menit selanjutnya juga tidak ada. 30 menit kemudian masih sama. Oh.. sang Dewi, kau benar-benar membuat galau hati ini…
Dan baru setelah 45 menit sms itu terkirim, HP saya bordering. Senang betul ketika saya liat yang memanggil adalah “sang Dewi”. Saya akan mendengar suaranya. Tak perlu dia bernyanyi layaknya Madona, Byonce, Cristina Aguelera atau Fatin Shidqia. Batuknya saya kira akan terdengar merdu.

Klik. Saya angkat telpon itu.

Sang Dewi : “Assalamualaikum”
Saya : “ Waalaikumsalam”
Sang Dewi : “ini betul Aris Macan?”
Saya : “betul Wi..”
Sang Dewi: “kuliah dimana sekarang?”
Saya :“di Jogja, kalo Dewi sekolah dimana sekarang?”
Sang Dewi: “udah nggak sekolah, di rumah aja”
Saya : ”kenapa udah nggak sekolah? Bukannya masih kelas 2?”
Sang Dewi : “ya di rumah aja, ngurus anak sama suami he…”
Saya terdiam sejenak, antara kaget dan cemburu…
Saya : “beneran? Mang dapat suami orang mana?”
Sang Dewi : “Pak Rustam? He..”
Saya : “Pak Rustam? Orang mana tuh?”
Sang Dewi : “itu, kepala sekolah SMA he…”
Saya : “ ini…ini…ibu Popong? Istri pak Rustam?”
Sang Dewi : “iya hee..”


1 Okt 2012

Pengukuhan Komunitas Waria Bantul


Tanggal 23 September 2012 menjadi hari yang bersejarah bagi komunitas waria di kabupaten Bantul. Bertempat di pendopo rumah dinas bupati Bantul, keberadaan waria yang berada di kabupaten Bantul secara resmi dikukuhkan dalam sebuah wadah organisasi yang diberi nama Ikatan Waria Bantul (IWABA).

Acara pengukuhan yang dimulai pada pukul 19:30 WIB tersebut dihadiri oleh beberapa tamu undangan diantaranya anggota DPRD Kabupaten Bantul, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kesehatan juga Persatuan Perempuan Merah putih. Selain dari pihak pemerintah, hadir pula komunitas waria yang ada di daerah Yogyakarta seperti Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO) dan pondok pesantren waria.

Prosesi pengukuhan yang ditandai dengan sumpah jabatan dipimpin oleh kepala Dinas Sosial kabupaten Bantul, Drs. H. Mahmudi. Dalam sambutannya, Mahmudi menyambut baik keinginan kaum waria Bantul untuk membentuk sebuah organisasi atau komunitas. Keberadaan komunitas ini diharapkan bisa memacu kaum waria yang berada di kabupaten Bantul untuk melakukan kegiatan yang positif bagi masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya akan menjadikan IWABA sebagai mitra kerja pemerintah, terutama untuk membantu mengatasi dan melakukan pembinaan dalam permasalahan sosial.

3 Sep 2012

LGBT Yogya Gelar Upacara Bendera

“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.” Begitulah bunyi salah satu kalimat yang tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 45.  Sebuah kalimat yang terkesan sederhana, namun sarat akan makna. Semua warga Negara Indonesia berhak atas kemerdekaan yang telah  di perjuangkan oleh para pahlawan negeri ini. Kemerdekaan yang tidak pandang bulu.
Ditengah hiruk-pikuk menyambut hari raya idul fitri tahun ini, sebagian warga tetap antusias untuk merayakan HUT RI yang k-67. Hal ini seperti yang terlihat  dalam prosesi upacara bendera di NDalam Notoprajan, Yogyakarta. (17/8/2012) Puluhan anggota Jaringan Ham dan Keberagaman (JAMGAMAN) yang terdiri dari kaum waria, lesbian, gay, bisexual, transsexual dan rohaniwan-rohaniwati begitu khidmat mengikuti prosesi upacara yang dimulai pukul 09:00-11:00 WIB tersebut.