29 Okt 2011

Sumpah, Saya Pemuda

"Seandainya saya masih muda, pasti saya akan ikut turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi". Begitulah kira-kira penggalan kalimat yang saya penggal dari koran harian di pagi yang cukup panas. Pernyataan tersebut berasal dari salah seorang tokoh yang pernah mencalonkan diri menjadi presiden.Dialah satu-satunya calon presiden dari dengan background akademisi (guru besar). Walaupun begitu, dengan segudang pengetahuan dan gagasan-gagasannya, di tetap belum bisa menduduki kursi pertama di istana negara. Entah kenapa.. Mungkin beliau kena anekdot atau mitos "penamaan". katanya, orang yang kuat menjadi presiden di Indonesia biasanya memiliki nama dengan akhiran "o". Nah, jika beliau memakai akhiran "o" maka beliau tentu tak akan pernah bisa, karna namanya pun akan berubah menjadi "Raiso" (boso jowo: tidak bisa). Kali inipun, Pak Amin "Raiso" turun ke jalan untuk berdemo dengan alasan sudah tua.

Alangkah berharganya usia muda dan betapa pentingnya memiliki jiwa muda. Usia pasti akan berganti menuju fase berikutnya. Namun, penjiwaan takkan pernah habis dimakan fase usia.28 Oktober, Indonesia punya sejarah sendiri tentang pemuda. Di tanggal ini sumpah pernah diikrarkan. Janji pernah diikatkan. Suku yang tersebar diseantero nusantara, bahasa yang bersuara dari sudut-sudut daerah mengalir pada satu titik muara; tanah air Indonesia. Chauvinisme diganti nasionalisme. Tak ada lagi jawa, tak ada lagi Sunda, tak ada lagi Sumatra, tak ada lagi Kalimantan, tak ada lagi Ambon dan tak ada lagi Papua. Semua sama; pemuda Indonesia. Ya, mereka punya semangat, daya juang dan cita-cita besar buat bangsa demi terciptanya tanah air yang merdeka dari segala bentuk penindasan.Sekarang, tak ada lagi martil Jepang yang meluluh-lantahkan rumah warga. Belanda tak nampak lagi dengan senapan dan seragam tentaranya. Lalu, apakah ini artinya pemuda harus berhenti? Tidak, sama sekali tidak. Hari ini martil itu sudah menjadi teknologi. Senapan sudah berganti menjadi fashion. Ini akan menjadi senjata mematikan, menindas dan meluluh-lantahkan. Namun ini hanya "bom" luar yang ditujukan dengan sasaran pemuda bangsa.Sekali lagi itu hanya bom luar. Musuh yang akan melemparkan "bom" untuk pemuda adalah pemuda bangsa itu sendiri. Semangatnya, nasionalisme-nya serta daya juangnya sebagai pilar bangsa. Egoisme, pragmatisme dan anarkisme adalah musuh dalam selimut yang harus disingkirkan.

0 komentar:

Posting Komentar