Mendapat predikat sarjana menjadi kebanggaan tersendiri bagi kebnyakan orang. Semakin tinggi level sarjananya maka akan semakin tinggi pula status sosialnya. Ini adalah konstruk. Apalagi jika konteksnya berada dalam lingkungan kampung dengan masyarakatnya yang masih terbilang langka berpendidikan tinggi.
Dalam sebagian konteks, gelar ini cukup berpengaruh dan bisa menjadi senjata ampuh. Megawati Soekarno putri pernah dipersoalkan ketika mencalonkan diri menjadi presiden. Hal ini dikarenakan gelar kesarjanaan Megawati dipertanyakan oleh sebagian kalangan. Sedangkan, syarat menjadi presiden RI minimal harus S1.
Sebagian besar perusahaan-pun demikian, mereka mensyaratkan gelar sarjana bahkan dengan spesifikasi tertentu untuk menjadi pegawai ditempatnya. Kondisi ini pula yang dimanfaatkan oleh mereka-meraka yang tidak bertanggungjawab; jual beli gelar.Konstruksi sosial yang dipancarkan oleh gelar kesarjanaan tidak selamanya bernilai tinggi bagi si pemiliknya. sebaliknya, gelar ini bisa menjadi beban dan bumerang. Apalagi jika gelar itu tidak dibarengi dengan pengetahuan serta skill dalam diri sang pemilik. Tak heran ketika sebagian masyarakat mencemooh sarjana dengan pekerjaan rendah apalagi sampai tidak memiliki pekerjaan.Sering kali terlontar kalimat: "sarjana-sarjana ko jualan es" Kalimat itu mungkin akan terasa pahit dan membuat down yang bergelar sarjana. Dan tidak mustahil jika pekerjaan yang sebenarnya halal tersebut ditinggalkan begitu saja karna malu dengan pernyataan tadi. Padahal, dengan gelar sarjana seharusnya tidak perlu malu, down bahkan meninggalkan pekerjaan yang sedang digeluti. Tetap optimis dan berjiwa besar. Kemudian rubahlah kalimat itu; "Walaupun penjual es, saya juga sarjana lho.."
Sebagian besar perusahaan-pun demikian, mereka mensyaratkan gelar sarjana bahkan dengan spesifikasi tertentu untuk menjadi pegawai ditempatnya. Kondisi ini pula yang dimanfaatkan oleh mereka-meraka yang tidak bertanggungjawab; jual beli gelar.Konstruksi sosial yang dipancarkan oleh gelar kesarjanaan tidak selamanya bernilai tinggi bagi si pemiliknya. sebaliknya, gelar ini bisa menjadi beban dan bumerang. Apalagi jika gelar itu tidak dibarengi dengan pengetahuan serta skill dalam diri sang pemilik. Tak heran ketika sebagian masyarakat mencemooh sarjana dengan pekerjaan rendah apalagi sampai tidak memiliki pekerjaan.Sering kali terlontar kalimat: "sarjana-sarjana ko jualan es" Kalimat itu mungkin akan terasa pahit dan membuat down yang bergelar sarjana. Dan tidak mustahil jika pekerjaan yang sebenarnya halal tersebut ditinggalkan begitu saja karna malu dengan pernyataan tadi. Padahal, dengan gelar sarjana seharusnya tidak perlu malu, down bahkan meninggalkan pekerjaan yang sedang digeluti. Tetap optimis dan berjiwa besar. Kemudian rubahlah kalimat itu; "Walaupun penjual es, saya juga sarjana lho.."
Aris Risnandar; penulis bukan pengamat bahasa
gaks
BalasHapussiapakah gerangan dikau?
BalasHapus