"Daerah-daerah sana mang gitu yah mas bro?"
tiba-tiba temenku mengajukan pertanyaan itu,ketika kami sedang menonton sebuah acara di trans tv dengan judul program:"JIKA AKU MENJADI...".aku tak begitu tau tiap hari apa saja program ini muncul dilayar kaca. yang aku tau program ini biasanya berkeliaran diwaktu maghrib.
Ada dua tokoh (objek) yang selalu ada dalam setiap efisode program ini. Objek utama adalah masyarakat biasa yang notabene adalah masayarakat miskin dengan penghasilan pas-pasan bahkan yang sering ditampilkan adalah yang tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Objek ini lebih didominasi oleh orang-orang yang sudah punya keluarga, terutama kaum laki-laki yang dianggap sebagai kepala keluarga. Selain itu ada kaum istri yang membantu menambah penghasilan suaminya atau memang suaminya sudah tidak ada atau tidak bisa bekerja. Bahkan adapula anak-anak yang tidak mampu meneruskan sekolah karena kondisi ekonomi keluarga.
Objek kedua adalah mahasiswa atau karyawan yang kehidupannya kontras dengan kehidupan objek pertama. Mereka terpelajar dan mampu secara ekonomi. Alur ceritanya sama dalam setiap efisode walaupun dengan objek (tokoh) yang berbeda, yakni menampilkan kehidupan objek pertama terutama soal pekerjaan yang meraka geluti untuk membiayai keluarganya yang seringkali pas-pasan dan bahkan tidak cukup itu. disni, objek kedua sebagai orang yang memiliki kehidupan lebih tinggi dari objek pertama "dipaksa" berbaur, mengikuti dan mencoba merasakan bagaimana perihnya kehidupan yang harus dijalani oleh si objek pertama. Makanya, seringkali si objek pertama ini bersedih dan menangis ketika ikut menjalani kehidupan si objek pertama, misalnya ikut memikul barang yang cukup berat dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Tentunya, program itu-pun sepertinya mengajak pemirsa untuk menjadi objek kedua yang bisa merasakan kehidupan objek pertama yang ada di program itu.Pertanyaan temanku pasti tertuju pada objek kedua. Katanya, dia melihat dua efisode sebelumnya pun berasal dari daerah-daerah yang ada di barat pulau jawa. Kesimpulannya adalah program ini sudah memberikan persepsi bahkan hampir masuk dalam katagori peng-claim-an "miskin" terhadap daerah ini. Sebuah persepsi yang wajar jika anggapan teman tadi berdasarkan opini yang terbentuk setelah menonton tayangan itu. Akan tetapi, jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) akhir tahun lalu, daerah (provinsi) yang di "anggap" miskin oleh teman tadi tidak termasuk dari 10 daerah termiskin di Indonesia. Entah mana yang bisa di percaya, BPS-kah atau tayangan itu? yang jelas dari data itu, peringkat paling atas dengan katagori provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi diduduki oleh Papua Barat.Bagaimanapun juga, tayangan tersebut telah membentuk sebuah public opinion tentang sebuah kemiskinan, dan jika tiap efisodenya didominasi oleh daerah tertentu, maka daerah tersebut akan menjadi persepsi kemiskinan yang ada dibenak penonton setianya. Alangkah sangat membantunya (sebagai program kritis) jika acara tersebut menampilkan tokoh (objek utama) dalam programnya yang memang berasal dari daerah yang dikatagorikan miskin sesuai dengan pendataan yang memang kredibel. Sehingga, program ini diharapkan menjadi penggerak suara kritikan/masukan kepeda pengelola negara tentang kondisi kemiskinan yang ada di daerah tersebut. Atau memang program ini hendak mengangkat fakta kemiskinan yang berada di daerah tertentu yang memang tidak terdata oleh pemerintah? entahlah...yang jelas kalau seperti itu mereka harus mendapatkan data dari hasil observasinya sendiri tentang kondisi suatu daerah. Selain itu tentunya tidak ada tayangan dalam program tersebut yang didramatisir atau manipulasi tayangan belaka.
teman saya pernah loooh, jadi objek kedua nya om?hehehe, om mau ga jadi objek pertma?
BalasHapusbilang sama teman om, channel yang baik itu adalah off, nyalakan tv klo adzan maghrib az
22-nya tidak bung.klo jd produsernya menggantikan wishnutama saya bisa berfikiran "iya" biar bisa mengganti konsep acaranya.
BalasHapus